Sunday, August 22, 2010

Apartemen sebagai Solusi yang Ekonomis-Strategis

Memilih hunian di jaman hiruk pikuk seperti jaman sekarang ini memang sebuah pilihan yang sulit. 'Apartemen' bagi beberapa masyarakat berkesan mahal, 'hunian orang kaya' dan ada juga pendapat miring tentang produk kapitalisme :)

Sekedar membandingkan antara dua pilihan: pilih rumah atau apartemen. Dan lagi keputusannya tergantung dari kebutuhan masing-masing juga khan? Keputusan yang akurat akan terasa manakala kita pernah punya pengalaman tinggal di rumah dan di apartemen pada jangka waktu tertentu, bukan sekedar numpang tinggal atau sementara waktu saja.

Setelah saya putuskan untuk hengkang dari rumah pindah ke apartemen, orangtua saya pernah katakan (aslinya dalam bahasa jawa): "punya rumah koq tidak berpijak ke tanah sih?" kalo dipikir-pikir memang benar juga ya. Tapi buat saya pilihan itu adalah sebuah keputusan yang telah dipikirkan masak-masak.
Lagi-lagi ini semua masalah kebutuhan. Saya kurang begitu rajin mengurus kebun/tanaman. Buat saya ada hal yang lebih bermanfaat daripda berkebun (maaf ya). Saat tinggal di rumah dahulu, kebun sempat terbengkalai karena saya lebih banyak mengurus pekerjaan kantor daripada rumah. Saat tinggal di rumah, saya punya pengalaman yang bikin pusing kepala, dari urusan tikus, serangga-nyamuk, kecoa dkk serta masalah keamanan rumah. Belum lagi permasalahan jarak tempuh dari rumah ke kantor, hal yang terakhir ini membuat saat-saat bersama keluarga hilang karena terlalu lama di perjalanan :(
Tidak hanya saya, hal ini sering kami bicarakan dengan tetangga-tetangga kami di apartemen, merekapun punya pendapat yang sama. Bahwa memilih tinggal di apartemen karena biaya lebih ekonomis dan karena lokasi yang strategis. Tentu saja ekonomis, bandingkan saja beli rumah pada lokasi yang sama dibandingkan harga apartemen. Pastinya jauh lebih mahal rumah khan? Itu karena lahan yang kita pilih adalah lahan yang strategis.

Buat saya, 'ekonomis' bukan hanya masalah harga beli, harga sewa ataupun harga jual kembali (ini kalo niat dijadikan bisnis lho). Ekonomis dapat berarti tingkat keamanan yang saya peroleh di apartemen jauh berbeda daripada rumah. Karena aman, maka saya merasa nyaman manakala suatu kali harus meninggalkan unit apartemen saya dalam waktu yang lama.

Dulu di rumah saya harus menitipkan rumah (plus kunci rumah) kepada tetangga saya. Itupun jika tetangga tidak pulang kampung. Jika tidak ada yang dapat diandalkan, paling-paling titip kepada pak RT. Lalu pak RT-pun menyarankan, "sebaiknya lampu luar dinyalakan saja pak". Saya pikir jika menyala memang aman di saat malam hari, bagaimana dengan siang hari? Bukankah lampu yang menyala di siang hari menandakan bahwa rumah itu kosong? Lagipula bukankah pemborosan? (belakangan saya tahu tentang lampu yang otomatis menyesuaikan siang dan malam). Tetap saja rumah tersebut kurang pengawasannya. Seringkali terjadi kasus pencurian di saat liburan hari raya.

Kini, rumah saya kontrakkan. Sedangkan saya tinggal di apartemen. Kini, saya tak perlu lagi mengurus eksterior kediaman saya, sudah ada yang mengurusnya khan? Kini, saya tak perlu kuatir kehabisan waktu di jalan. Kini saya tak perlu pusing dengan serangga dan tikus. Di apartemen ternyata bebas nyamuk lho (apalagi tikus)! Kini perawatan interior rumah sudah ada yang mengurus dari pihak apartemen, tinggal telpon, teknisi pasti dengan senang hati mengurusnya :)

Oleh karena itu bila berniat memutuskan tinggal di apartemen dihitung lebih dahulu nilai ekonomis dan kebutuhan strategisnya. Menjawab adanya pendapat miring tentang apartemen, perlu diingat bahwa tinggal di apartemen bukan untuk bergaya, namun untuk menyesuaikan keadaan, kondisi, situasi dan kebutuhan kita masing-masing. Jadi singkatnya tinggal di apartemen itu sebuah solusi.
*Photo Caption: Apartemen Permata Eksekutif di saat hujan badai dari kejauhan*

Tuesday, August 17, 2010

Parkir Khusus Penghuni Penthouse

Dari penuturan beberapa tetangga yang menghuni unit Apartemen Permata Eksekutif (APE) tower 2, mereka keberatan dengan plot parkir yang membeda-bedakan pemilik hunian apartemen. Argumentasi mereka adalah masing-masing penghuni unit APE memiliki hak yang sama atas lahan parkir dimanapun lokasi/plot parkir-nya. Toh mereka sama-sama membayar service charge dan tarif parkir yang diberlakukan.

Dari cerita lainnya mereka yang mencoba menempati plot parkir ini dilarang oleh pihak keamanan APE dengan dalih 'hanya untuk penghuni penthouse'.

Papan warna kuning seperti dalam gambar ini baru saja dibuat oleh pihak engineer APE beberapa minggu yang lalu. Kebetulan saya melihat sendiri pembuatannya di depan ruangan engineering lantai basement2. Kemungkinan besar papan ini dibuat karena ada kasus penggunaan plot parkir istimewa oleh penghuni yang tidak tinggal di penthouse.

Saya pribadi, menyayangkan pembuatan aturan seperti ini. Permasalahannya, aturan-aturan yang dibuat oleh pengelola APE ini tidak pernah dimusyawarahkan dengan segenap penhuni unit apartemen. Untuk urusan parkir kendaraan bermotor seperti ini saya tidak begitu mempermasalahkan, selama saya selalu dapat memparkirkan kendaraan pada tempat (yang bagi saya) nyaman, aman dan selalu mendapatkan pelayanan perparkiran yang profesional :)